Selasa, 24 Oktober 2017

Sekolah Tanah Tingal

Lokasinya dekat dari rumah ga nyampe sekilo, Di banner yang dipasang di depan , sekolah ini memakasi Metode Sentra. Kalau ga salah metode ini adalah metode pembelajaran yang memperhatikan perkembangan otak anak. CMIIW.

Bagus donk, dah dekat, Sentra, mirip-mirip konsep sekolah alam juga.

Datanglah kami bertiga untuk observasi. Alamnya benar-benar asri, terlalu asri malah. Seperti hutan mini, karena banyaknya pohon maka lingkungannya agak gelap. Mmmm.....agak serem juga sih.

Ruang kelas untuk TK konsepnya terbuka, ya saung lah tapi dari semen. Ada 3 sentra di sana, sentra seni, sentra imtaq, satu lagi lupa ya sentra apa.

Selama observasi kami ditemani oleh seorang laki2 yang memperkenalkan diri sebagai Pak Rambe, beliau adalah Staff marketing sekolah.

Waktu suami nanya mengenai nyamuk2, dia mengatakan kalau mereka rutin melakukan fogging. Sekolah juga dilengkapi dengan sensor ular. Pasang CCTV juga.

Tahun ajaran yang lalu siswa TK hanya 11, katanya memang berkurang dari tahun2 sebelumnya.

Walaupun konsepnya mirip sekolah alam, seperti ruang kelas terbuka, ada kegiatan kemah, berkebun, panen, wirausaha, tapi mereka menolak disebut sekolah alam melainkan Sekolah berwawasan lingkungan dengan kurikulum diknas.

Ada fasilitas kolam renangnya juga, Nah ini yang buat kurang minat juga, kolam renang anak2 pas disebelah kolam yang dalam. Ngebayangin aja anak2 lom pada bisa berenang trus di dorong ma temennya ke situ. Karena Khai lom bisa renang dan ga suka kolam renaang seperti itu,  jadinya ya kurang cocok ajah.

Biaya Tahun ajaran 2018/2019
Uang pangkal untuk TK : 18.500.000 (kabarnya bisa dapat diskon dari 15 sd 40% tapi harus diskusi ke Kepala Sekolah langsung)
Uang SPP ; 850.000
Uang Kegiatan : -/+ 4.750.000
uang Alat  : -/+ 1.750.000
lalin2 nya lupa


Bis dari situ tanya Khai, " Mau ga sekolah di sini?"
"Enggak". Katanya.
"Kenapa?"
"Ga ada gurunya".
"Kan hari Sabtu nak, gurunya lagi libur."

Ga lama nanya lagi, "mau ga sekolah di situ?"
"Enggak."
"Kenapa?"
"bu gurunya laki-laki".

GUBBRAKKK




Senin, 23 Oktober 2017

Cita Cita Khai

"Mama, aku mau jadi tukang." Khai menghampiriku semalam.

"Tukang apa Nak?'

"Tukang buat warung."

Tetangga depan rumah lagi renov rumah sekalian buat warung di terasnya, jadi mungkin Khai suka ngeliatin si tukang kerja.

Dalam hati aku protes, "Yang keren dong cita-citanya...masak tukang sih." Tapi syukurnya cuma dalam hati. Nahan lidah supaya ga kritik anak. Ingat pesan Bu Elly Risman, jangan diprotes cita-cita anak tar tiap enam bulan juga ganti.

Walau ada ganjelan di hati aku nanya, "Kenapa? mang enak ya jadi tukang, bisa aduk2 semen?"

"Iya", jawabnya.

"Ga mau jadi masinis lagi?" aku meningatkan cita-cita sebelumnya.

Dia ragu sebentar lalu menjawab, "Mau".

Oh My Khai. Love You.

I hope someday you'll read this blog and lough with me.


Jakarta, 24 Oktober 2017

Sekolah Alam Bintaro

Rencana kunjungan ke Masterpiece batal. Kamis subuh dapat kiriman WA dari SABIN (Sekolah Alam Bintaro), padahal Ayah Khai udah ambil cuti sehari, jadilah cutinya buat scalling ke klinik gigi.
Informasi kuota penerimaan dari luar lah yang membuat keputusan bulat harus Sabin. Terlepas dari plus minusnya, saya kami tak punya pilihan lebih baik dari Sabin untuk SD Khai nanti. So far, for me, Sabin is the best in Bintaro. Dan melihat kuota SD yang diterima hanya 10 orang maka lebih baik mengamankan posisi dulu dengan bersekolah TK di Sabin supaya kursi SD lebih terjamin.
Untuk kuota TK A lumayan banyak, ada 29 kursi tersedia, dan formulir yang disediakan 40 formulir. Sedangkan kuota luar untuk TK B adalah ZERO alias tidak nerima dari luar lagi, jadi ga bisa idealis nyekolahin anak mulai TK B ajah. Untuk SD hanya 10 dengan formulir yang disediakan 24, dengan 1 waiting list. Jadi 15 orang harus siap menerima kekecewaan karena tidak masuk ke sana. What a tight competition..
Bagi yang penasaran dengan plus minus menurut standar saya (tiap orang pasti beda ya tergantung harapan masing2 akan sekolah itu) penjelasan singkatnya begini:
Plus : Porsi bermain 70% (karena anak usia TK mang kebutuhannya adalah bermain); Tidak ada PR (sesuatu yang tidak perlu); Tidak men “drill” pada akademis (belum sesuai dengan perkembangan otak anak); Lingkungan sekolah nan asri dinginnya alami tanpa AC (sehat bukan?); Biaya sekolah relatif terjangkau untuk sekolah yang berbasis fun learning ( uang pangkal TK 12 juta, uang tahunan 2.750.000, parenting 1.250.00, SPP 850.000, seragam 255.000, lain2 15.000). Apalagi ya?
Yang agak berbeda dengan harapan saya adalah Pelajaran agama dimana anak2 setiap hari di suruh soal Dhuha, menghapal surat dan doa, hadist2 shahih. Yang menurut saya belum saaynya. Dari yang saya pelajari dari Trainer nya FBE ( Bapak Harry Santosa dan Bapak Adriano Rusfi), untuk anak di bawah 7 tahun agar dihindari pembebanan syariah kepada anak, kalau tidak salah istilahnya taklif, seperti sholat, mengaji, karena nature pembebanan bukanlah hal yang menyenangkan sedangkan anak2 masih sangat dominan perasaannya, kalau tidak suka khawatir akan tertanam di bawah sadarnya.
Kalau dibebankan sebelum waktunya dikhawatirkan justru si anak tidak menyukai ibadah2 tersebut. Seharusnya kuatkan dulu aqidahnya. Sebab jika aqidah sudah kuat maka cinta akan muncul dan beban syariah akan lebih mudah dilakukan.
Saya setuju dengan ini karena Rasullullah menanamkan aqidah (periode Mekah) lebih lama dari merapkan hukum dan syariah (periode Madinah). Saya tidak ingin anak2 menjadi muak agama, seperti gelaja yang banyak terjadi belakangan ini. Ketika kecil di drill untuk menghapal Al Quran, sholat, berjilbab sejak dini, dll, setelah besar memberontak dan kelakuannya berkebalikan dengan yang diharapkan orang tuanya. Banyak contoh nyata, saya tidak mungkin di jabarin di sini.
Yah mungkin itu saja yang kurang pas menurut saya.
Sekilas untuk Sekolah Masterpiece : Menurut cerita tetangga yang anaknya pernah bersekolah di sana, sekolah ini konsepnya Holistic learning, jadi anak2 semua dianggap istimewa, dan pembelajaran disesuaikan dengan karakter si anak, kinestetik, musical, auditory. Keren kan.  Dulu Ayah Edy terlibat di sekolah ini, dan walaupun tidak melibatkan ayah Edy lagi konsepnya tetap sama.  Sayangnya Kontak di Web tidak di update sehingga kalau nelpon nomor pada tidak bisa dihubungi, bahkan ada nama Cp yang masih dicantumin padahal orangnya sudah tidak di sana lagi.
Belum ada SD nya, dan lupa… lokasi di Serpong di Perumahan Puspa Loka BSD.
Untuk biaya sepertinya lebih murah dari Sabin sendiri.
Untuk Sekolah Tanah Tingal, insha Allah nyusul yah.
Eike mau pulang dulu.
Semoga bermanfaat

Assalamualaikum….bye…
Jakarta, 23 Oktober 2017

Mencari Sekolah Untuk Khai

Merasa sangat butuh dengan postingan ibu-ibu yang memberikan informasi sekolah untuk rekomendasi saya jadi kepikiran buat blog juga, saat ini saya  sedang dalam pencarian sekolah TK untuk Khai, mudah2an bisa bermanfaat buat ibu2 yang punya kepentingan seperti saya di masa yang akan datang.

Bukan hanya masalah pencarian sekolah tapi juga masalah lain terutama parenting yang pengen sekali saya sharingn dengan harapan bisa jadi amal jariyah. Amiin.

So demikian dulu ya. Insha Allah besok mau observasi sekolah Masterpice di BSD, mungkin ke Sekolah Alam Bintaro, dan kalau memungkinkan lagi ke Tesa Montessori.  Semoga terlaksana.
Bye... 

Jakarta, 18 Oktober 2017

Musim Baru (Edisi Comeback)


Assalamualaikum,

Sembilan tahun telah berlalu sejak pertama buat blog ini. Bahkan sudah lupa kalau blog ini pernah ada. Alhamdulillah masih ada.

Sejak minggu lalu aku ingin buat blog lagi jadi wadah sharing, mudah2an bisa bermanfaat bagi yang baca.

And Hey, I'm a mom to a wonderful son now...

And next, my sharing is about him.


Jakarta, 24 Oktober 2017

Selasa, 09 Desember 2008

BABAH

Babah seorang yang beperawakan kecil berbeda dengan keempat kakaknya, wajahnya tirus, hidung mancung (inilah yang selalu anak2nya sesali kenapa hidungnya ga nurun Babah). Alisnya tebal dan rapi. Kulitnya sawo matang tapi tidak begitu gelap. Menurutku Babah ganteng, namun beratnya pekerjaan dan kebiasaan rokok membuatnya terlihat lebih tu dari usia sebenarnya.

Sejak berusia lima tahun Babah sudah menjadi yatim. Ia anak bungsu dari lima bersaudara yang kesemuanya laki-laki. Atok (panggilan untuk kakek) meninggal diusia muda (sekitat 40 tahun). Atok meninggal karena peluru nyasar Belanda (sktr thn 50’an). Menurut Uwak(kakak kedua Baba) Atok tertembak sewaktu bekerja di bengkelnya dan entah dari mana ada peluru yang nyasar mengenai bokongnya, waktu itu Atok sempat beberapa hari hidup tapi mungkin karena infeksi atau apa akhirnya Ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah Atok meninggal satu persatu harta peninggalannya dijual Nenek untuk kehidupan sehari-hari. Setelah harta peninggalan mulai habis , Babah dititipkan di rumah pamannya, istilahnya “numpang”. Dulu Babah sering bercerita tentang pengalamannya ketika numpang di rumah pamannya. Raut wajah sedih pasti menyertai kisahnya. Ia harus melakukan pekerjaan rumah yang banyak sedangkan sepupu-sepupunya (anak paman yg ditumpangi) bersantai-santai. Jika pekerjaan belum selesai tapi perut sudah terasa lapar ia harus menahannya, karena tidak berani makan sebelum pekerjaan selesai, atau jika pekerjaan rumah tidak menjadi masalah tapi wajah paman atau istrinya terlihat masam ia pun tak berani untuk makan. Setelah berkisah biasanya babah mengakhirinya dengan kalimat “Kalian sangat enak jika dibandingkan kami (babah dan Emak) dulu, mau makan tinggal makan ga pake dimarahi malah disuruh, sekolah baju seragam tinggal pake*..bla..bla..bla*”. Kalau sudah begitu kami mulai mundur perlahan supaya ga dengar nasehat lagi.

Babah religious, ia rajin ibadah, sholat lima waktu selalu dilaksanakannya, berbeda dengan temannya seprofesi yang meninggalkan sholat fardhu, dan tidak puasa waktu bulan Ramadhan. Jika adzan sudah terdengar Babah bergegas pulang dengan pakaian dinasnya yang sudah menghitam karena oli. pakaian yang jika mencuci aku menggabungkannya dengan kain lap dapur*Maafkan aku ya Bah* Beliau tidak bisa langsung wudhu karena harus membersihkan tangan dan kakinya yang kena oli juga. Setelah bersih barulah ia mulai wudhu dan sholat. Jika waktu sholat magrib babah memanggil kami semua untuk sholat berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca Al Quran, Babah dan Emak mengajari kami secara bergiliran. Jika kami malas untuk sholat babah memarahi kami dan mengatakan ialah yang akan ditanyai Allah nanti kami tidak sholat. *Duhai Allah, ampunilah dosa-dosanya dan terimalah ibadahnya, berilah ia tempat yang baik dan jauhkanlah ia dari siksaMu*

Babah meninggal di usia 56 tahun, sakit diabetes yang tlah lama dideritanya dan aku juga yakin kebiasaan merokoknya paling berkontribusi atas buruknya kesehatannya. Aku dan emak dirumah ketika ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah beberapa bulan menderita sakit yang amat sangat dan kulit punggungnya mulai melepuh karena terlalu lama berbaring. Emak mendampingi di detik2 terakhirnya, Setelah menyebut asma Allah beliaupun meninggal dunia *Maafkan aku Bah karena belum sempat berterima kasih atas jasa2mu padaku*

Di sini aku ingin mengucapkan kalimat yang tak pernah kuucapkan padamu ketika engkau hidup. Aku sayang padamu Bah.

My Family

Aku lahir di sebuah kota kecil di Pulau Sumatera. Keluargaku sederhana tidak miskin tapi jauh dari kategori kaya. Aku lahir tiga puluh tahun lalu. Anak ketiga dari lima bersaudara. Kakak sulungku laki2 dan telah meninggal ketika berumur 14 bulan, menurut emak kakak meninggal hanya karena diare ringan selama dua hari. Tak satupun dari adik2nya bertemu dengan kakak. Kami mengenalnya hanya dari foto hitam putihnya dan dari cerita emak saja . Wajah kakak sangat menggemaskan, tampan. Kata emak tak satupun dari kami mirip dengannya, hanya jidatku saja yg kata emak mirip dengan jidatnya . Dulu aku sering membayangkan kalau kakak masih hidup pasti menyenangkan bisa bermain dengannya.

Kakakku yg kedua perempuan. Bisa dibilang dari kami semua wajahnya bisa dikatakan paling tidak menarik. Wajah bundar hidung pesek (mirip emak) dan postur tubuhnya paling pendek dari kami berempat(yg masih hidup). Tapi menurutku kakakku ini paling punya kelebihan dan keistimewaan sehingga banyak orang yang senang bergaul dengannya. Namun hubunganku dengannya sangatlah tidak harmonis, dia memperlakukanku berbeda perlakuannya dengan dua adikku. Aku dulu sering bertanya dalam hati. Kenapa sepertinya dia sangat benci padaku . Mengenai kakak aku akan kisahkan tersendiri karena panjang jika diuraikan disini.

Kemudian aku si anak tengah, k3tiga dari lima bersaudara, kemudian keempat adik perempuanku, dan yg bungsu adik laki2ku. Kami semua rata2 berjarak dua tahun.

Babah (ayah) ku seorang montir mobil, beliau membuka bengkel tak jauh dari rumah kami. Babah beberapa kali pindah tempat karena Ia hanya menyewa tempat, tapi hampir tak pernah jauh dari rumah. Sekarang Babah sudah tiada, Ia meninggal tujuh tahun lalu.

Emak seorang ibu rumah tangga yang mencari tambahan penghasilan dari jual barang secara kredit. Hasilnya lumayan bisa membiayai sekolah dan kursus tambahan lain. Mengenai ibu juga akan dikisahkan tersendiri.